Month: Februari 2019

Kagum dalam Keheningan

Hidup saya sering terasa padat dan sesak, bergerak dari satu kesibukan ke kesibukan lain dengan tergesa-gesa. Di tengah perjalanan, saya menerima telepon sembari memeriksa daftar pekerjaan yang tampaknya tak kunjung habis. Suatu hari Minggu, karena kelelahan, saya memutuskan untuk berbaring di atas tempat tidur gantung yang ada di halaman belakang rumah. Ponsel saya ada di dalam, begitu juga suami dan anak-anak. Semula saya berencana untuk rebah sejenak. Namun, dalam keheningan itu, saya mulai memperhatikan hal-hal yang membuat saya enggan beranjak. Saya bisa mendengar derit ayunan tempat tidur gantung, dengungan lebah di dekat bunga lavender, dan suara kepak burung di atas kepala. Langit berwarna biru cerah, awan berarak ditiup angin.

Hidup dalam Kisah Allah

Ernest Hemingway pernah ditanya apakah ia bisa menulis sebuah kisah yang menyentuh hanya dengan enam kata. Tanggapannya: “Dijual: Sepatu Bayi. Belum pernah dipakai.” Kisah Hemingway itu sangat luar biasa karena kita didorong untuk memikirkan isi ceritanya. Kita pun bertanya-tanya, apakah sang bayi itu sehat sehingga ia tidak memerlukan sepatu itu? Ataukah ada kematian yang tragis—suatu peristiwa yang memerlukan kehadiran kasih dan penghiburan dari Allah?

Tuhan Memegang Tangan Kita

Pada suatu hari Minggu, saya menyaksikan seorang gadis cilik yang tampaknya belum berusia dua tahun berusaha menuruni tangga gereja. Ia sangat lucu, berani, dan mandiri. Satu demi satu anak tangga itu ditapakinya dengan penuh tekad, dan ia berhasil. Saya tersenyum saat memikirkan keberanian dan kemandiriannya. Anak itu tidak takut karena tahu bahwa ibunya yang penuh perhatian selalu mengawasi dan tangan ibunya selalu siap menolong. Hal itu sangat tepat menggambarkan kesiapan Allah untuk menolong anak-anak-Nya di tengah perjalanan hidup mereka yang diwarnai beragam ketidakpastian.

Persembahan yang Hidup

Bibi buyut saya pernah memiliki pekerjaan yang bagus dalam bidang periklanan dan kerap bepergian antara kota Chicago dan New York. Namun, ia memilih untuk melepaskan karier itu demi kasihnya pada orangtuanya. Mereka tinggal di Minnesota dan perlu dirawat. Kedua saudaranya telah meninggal dengan tragis pada usia muda dan bibi buyut saya adalah satu-satunya anak yang masih hidup. Baginya, merawat orangtua merupakan perwujudan imannya.

Kirimkan Lewat Surat

Seperti kebanyakan anak usia empat tahun, Ruby suka berlari, bernyanyi, menari, dan bermain. Namun, ia mulai sering mengeluh tentang rasa sakit di lututnya. Orangtua Ruby pun membawanya ke dokter. Hasilnya mengejutkan—Ruby didiagnosis menderita kanker neuroblastoma (sejenis kanker sel-sel saraf yang belum matang pada anak-anak) stadium 4. Ternyata kesehatan Ruby bermasalah dan ia langsung dirawat di rumah sakit.